google8e706b55941b4797.html More Than Geography

Rabu, 21 September 2011

Pemanasan Global (Tugas Meteorologi dan Klimatologi)

Pemanasan global adalah meningkatnya suhu bumi akibat adanya efek rumah kaca yang disebabkan oleh gas-gas rumah kaca seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride).
Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel yang berisi para ahli dunia, menyatakan iklim bumi telah berubah yang disampaikan secara resmi pada KTT bumi di tahun 1992 di Rio de Janeiro Brasil, hingga diadopsinya Konvensi Perubahan Iklim Bangsa-bangsa (United Nations Framework Convention on Climate Change-UNFCCC), dan Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut melalui Undang-undan Nomer 6 Tahun 1994.

Klimatologi Bangunan

Bangunan dalam arti khusus rumah pada dasarnya merupakan tempat berlindung bagi manusia, baik perlindungan bagi binatang buas maupun gangguan iklim dan cuaca. Sehingga dalam pembuatan bangunan rancangannya disesuaikan dengan iklim dan cuaca di mana bangunan tersebut didirikan. Ada 4 hal yang harus diketahui mengenai iklim apabila kita hendak mendirikan bangunan, yaitu :

a)      Pertimbangan panas
Ø  Idealnya seorang arsitek seharusnya mengetahui :
·         Suhu udara
·         Radiasi matahari
·         Kelembaban udara
·         Kecepatan angin
·         Analisis  frekuensi dan hubungan variabelnya

Menghitung Luas Dan Volume Genangan

Seperti kita ketahui bahwa peta mencerminkan berbagai tipe informasi dari unsur muka bumi maupun yang ada kaitannya dengan muka bumi. Unsur geografis yang digambarkan dalam peta dapat dikelompokkan menjadi :
1)            Posisional, yaitu unsur-unsur yang tidak mempunyai dimensi atau perluasan, misalnya titik ketinggian, sumur pengeboran, pusat pelayanan, dll. Nilai dari unsur-unsur ini dapat dilihat angka yang ada atau dihitung dengan menjumlahkan titiknya.
2)            Linier , yaitu unsur yang mempunyai perluasan pada satu sisi atau unsur dimensi satu, misalnya jalan, sungai, garis pantai. Untuk data linier ini nilai tergantung panjang pendek unsur yang digambarkan.
3)            Luasan, yaitu unsur yang mempunyai bentuk perluasan atau yang berdimensi dua dan nilai ditentukan berdasarkan luasnya, bahkan unsur yang berdimensi tiga dapat ditentukan volumenya misalnya volume waduk, volume cadangan bahan galian, dan sebagainya.
         Meskipun demikian, perlu diingat karena peta selalu menggunakan salah satu sistem proyeksi, maka hasil perhitungan melalui peta tidak akan sama / tepat dengan hasil pengukuran / perhitungan di permukaan bumi, kecuali peta tersebut digambar dengan sistem proyeksi sama luas (equal area projection) dan peta tersebut dibuat dengan skala besar.
         Beberapa cara dipakai untuk menghitung luas. Apabila bangun dari luasan yang akan diukur teratur, misalnyanberbentuk segitiga, segiempat, trapesium atau bujur sangkar maka kita tinggal mengukur panjang sisi-sisi bangun yang bersangkutan dan dimasukkan ke dalam rumusan luas, tetapi apabila bentuk wilatah yang akan diukur tersebut tidak teratur maka luas wilayah dapat diukur dengan cara :
a)Pembuatan kisi atau kotak (cara segiempat / square method)
b)      Pembuatan garis potong (cara jalur / stripped method)
c)Cara segitiga (triangle method)
d)     Dengan alat pengukur luas (planimeter)
Sedangkan volume / isi dapat dihitung pada peta berdasarkan luas dan kedalaman, dan kedalaman dapat dihitung dari ketinggian yang digambarkan oleh garis kontur.

Representasi Relief pada Peta

         Secara sederhana relief dapat diartikan sebagai suatu konfigurasi nyata dari permukaan bumi, yaitu perbedaan-perbedaan dalam ketinggian dan kemiringan permukaan bumi. Relief dipresentasikan dengan cara membuat garis yang menghubungkan titik di permukaan bumi yang mempunyai ketinggian yang sama (garis tersebut di sebut garis kontur), dan cara demikian disebut juga dengan contouring. Pembuatan garis kontur pada prinsipnya dilakukan secara logika yaitu dengan cara interpolasi terhadap titik-titik hasil pengukuran di lapangan (karena tidak mungkin semua titik di lapangan kita lakukan pengukuran secara langsung ketinggiannya). Interpolasi itu sendiri di bagi menjadi dua yaitu interpolasi linier (cara interpolasi garis kontur mempergunakan hitungan pada garis) dan interpolasi secara grafis (membagi garis menggunakan garis lain dengan ukuran lebih mudah lalu di garis dengan mempergunakan prinsip garis sejajar untuk mendapatkan ukuran yang sebanding). Beberapa kegunaan dari garis kontur adalah untuk mengetahui bentuk lereng, besarnya kemiringan lereng dan menunjukkan bentuk relief. Garis kontur yang rapat menunjukkan bentuk lereng yang terjal dan garis kontur yang renggang menunjukkan bentuk lereng yang terjal atau curam dan sebaliknya.

         Agar kesan tiga dimensi muncul dalam dalam merepresentasikan relief suatu kenampakan (dengan garis kontur hanya timbul kesan dua dimensi), maka dipakailah cara hill shading, layer shading dan blok diagram. Prinsip pembuatan hill shading adalah memberi bayangan pada suatu gambaran relief pada garis kontur, sedangkan layer shading menggunakan prinsip skala warna untuk mencerminkan ketinggian.

Macam Proyeksi Peta

    Secara sederhana proyeksi peta dapat di artikansebagai cara pemindahan garis-garis parallel dan meridian dari globe (bidang lengkung) ke bidang datar. Oleh karena bidang yang di proyeksikan merupakan bidang lengkung, maka setiap sistem proyeksi selalu mengalami distorsi. Untuk memperkecil distorsi (penyimpangan) maka salah satu cara yang digunakan adalah dengan dipergunakannya bidang-bidang yang kalau didatarkan tidak mengalami distorsi selanjutnya, seperti bidang kerucut, silinder.

         Proyeksi peta dapat di golongkan atas beberapa dasar, yaitu :
1.      Berdasarkan garis karakteristik / kedudukan sumbu simetri :
a.       Proyeksi Normal : sumbu simetri berimpit dengan sumbu bumi.
b.      Proyeksi Transversal : sumbu simetri tegak lurus dengan sumbu bumi atau terletak pada bidang equator
c.       Proyeksi miring (Oblique) : sumbu simetri membentuk sudut terhadap sumbu bumi
2.      Berdasarkan kesalahan / distorsi / sifat yang diperlihatkan :
a.       Proyeksi Equivalent : luas daerah di pertahankan
b.      Proyeksi Equidistant : jarak pada peta dipertahankan
c.       Proyeksi ConForm : bentuk pada peta dipertahankan
3.      Berdasarkan konstruksinya :
a.       Proyeksi perspektif   :    proyeksi yang konstruksinya memang bersifat matematis, jadisama dengan proyeksi dalam arti umumnya.
b.      Proyeksi Non Perspektif : proyeksi yang tidak bersifat perspektif tetapi merupakan modifikasi dari proyeksi perspektif
4.      Berdasarkan bidang proyeksi :
a.          Proyeksi Zenithal / Azimuthal : bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, equator atau di sembarang tempat. Pada proyeksi ini di bedakan lagi atas titik sumber penyinaran yaitu:
i.            Gnomonis : arah sinar dari pusat bumi
ii.          Stereografis : arah sinar dari kutub yang berlawanan dengan titik singgung proyeksi
iii.        Orthografis : arah sinar dari titik jauh tak terhingga
b.      Proyeksi Cylindrical (Silinder) : parallel merupakan garis lurus horizontal dan semua meridian berupa garis-gari lurus vertical
c.       Proyeksi Conoc (Kerucut) : proyeksi kerucut yang normal mempunyai parallel yang melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radial (baik terutama untuk Negara-negara di lintang tengah)

Pengertian Skala Peta

 
Skala peta dapat diartikan sebagai a) perbandingan jarak antara dua titik sembarang di peta dengan jarak horizontal kedua titik tersebut di permukaan bumi (dengan satuan ukuran yang sama), dan b) perbandingan antara jari-jari globe dengan jari-jari bumi (spheroid).
Beberapa cara/ metode dalam menyatakan skala :
1.      Skala angka/ skala pecahan (numerical scale)
Yaitu skala yang ditulis dengan angka/ pecahan.Skala ini mempunyai kelebihan dapat langsung dibaca oleh para pemakai peta. Sedangkan kelemahannya, tidak dapat mengontrol kebenaran skala suatu peta yang telah mengalami perubahan baik karena cuaca atau karena perubahan akibat pencetakan peta (perbesaran/ pengecilan).
Contoh : skala angka ( numerical scale ) yaitu 1  :  100.000
               skala  pecahan ( representative scale ) yaitu 1/ 100.000
Hal ini menunjukkan bahwa satu satuan jarak pada peta mewakili 100.000 satuan jarak horizontal di lapangan /permukaan bumi. Ini berarti bahwa 1 cm di peta mewakili 100.000 cm di lapangan atau
1 inchi mewakili 100.000 atau 100.000/ 63.360 mile.
            2.   Skala Grafik ( graphical scale line )
yaitu skala yang ditunjukkan oleh garis lurus yang dibagi-bagi menjadi satuan yang sama panjang, tiap-tiap unit/satuan menunjukkan panjang yang sebanding di lapangan. Skala ini juga mempunyai kelebihan yaitu ikut berubah ( mengembang/ menciut ) sesuai dengan perubahan bahan dasar peta yang bersangkutan sehingga dapat mengontrol ketelitian skala suatu peta walaupun sudah diperkecil/ diperbesar. Sedangkan kelemahannya, sulit dimengerti secara langsung oleh para pemakai peta.
2.      Skala verbal ( verbal scale )
Yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat. Pada peta-peta yang tidak menggunakan satuan pengukuran metrik ( misalnya pet-peta di Inggris), pernyataan skala dengan kalimat sering dilakukan.
Contoh : one inch to one mile       =          1   :  63.360

Definisi Kartografi

Kartografi adalah seni, ilmu pengetahuan dan teknologi tentang pembuatan peta-peta,sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen-dokumen ilmiah dan hasil karya seni (ICA, 1973). Dalam konteks ini peta dianggap termasuk semua tipe peta , plan (peta skala besar), charts, bentuk tiga dimensional dan globe yang menyajikan model bumi atau sebuah benda angkasa pada skala tertentu . Peta itu sendiri menurut ICA (1973) adalah suatu representasi /gambaran unsure-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak , atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan.