google8e706b55941b4797.html More Than Geography: Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG) Dasar

Rabu, 13 April 2011

Praktikum Sistem Informasi Geografis (SIG) Dasar


Kegiatan praktikum SIG 1 basis data ini mempunyai maksud mengajarkan kepada mahasiswa untuk dapat mendesain basis data (database) SIG sehingga memahami beberapa teknik memasukkan data SIG, mampu untuk melakukan analisa data SIG, memahami manipulasi dan menejemen data SIG, dan memahami penggunaan query, serta mampu memahami lay put dan komposisi menyusun peta. Dalam menyusun peta yang lengkap dengan informasi didalamnya, dibantu dengan menggunakan geodatabase dengan harapan bahwa peta yang dimasukkan tidak sama dengan peta yang dihasilkan (input≠output). Dalam mendesain peta pada praktikum kali ini digunakan software ArcGIS karena dengan berbagai pertimbangan yang dirasa lebih mudah dan mempunyai banyak keunggulan lainnya. Dalam mendesain geodatabase digunakan software ArcCatalog yang mempunyai 3 tipe dataset yaitu feature classes, raster dataset, dan table dimana satu sama lainnya memiliki fungsi dan peranan yang berbeda. Pada acara praktikum SIG kali ini yang dilakukan adalah melakukan kegiatan input data, editing data, georeferencing, spatial adjustment, topology rules, displaying data, atau layout. Salah satu kegiatan yaitu georeferencing data merupakan wujud dari salah satu kegiatan input data selain raster to vector dimana menggunakan aplikasi ArcScan, serta kesalahan pada garis (topology), dan COGO (coordinat geography).

Dalam Kegiatan mendesain peta hal pertama yang harus dilakukan adalah mendesain database (basis data) dengan menggunakan aplikasi ArcCatalog. Namun sebelum mendesain basis data, terlebih dahulu harus mengerti tentang prinsip dari basis data itu sendiri. Pembuatan basis data dimaksudkan untuk menciptakan sebuah klasifikasi-klasifikasi tertentu yang dikelompokkan dalam suatu wadah-wadah tertentu dengan tujuan agar diperoleh suatu informasi yang spesifik dimana berawal dari pandangan umum menuju pandangan yang khusus. Untuk memudahkan dalam memahami pembuatan data ini, kita analogikan bahwa basis data ini sebagai sebuah lemari (almari). Jika kita melihat sebuah lemari, maka akan dijumpai beberapa laci-laci yang kecil. Dan terkadang didalam sebuah laci yang kecil juga terdapat space (ruang) yang masih terbagi-bagi dengan tujuan agar memudahkan kita mengklasifikasikan benda yang kita punya ketika kita meletakkan benda-benda tersebut kedalam lemari tersebut sehingga akan memudahkan kita ketika ingin mengambil benda yang kita inginkan.
Begitu pula dengan pembuatan basis data ini. Dalam basis data dikenal istilah Personal geodatabase atau file geodatabase dimana kita analogikan sebagai sebuah almari yang mana almari tersebut terserah kita sendiri untuk digunakan sebagai menyimpan benda yang mempunyai tema yang kita sendiri inginkan. personal Geodatabase pada prinsipnya digunakan untuk pembuatan lemari dari tiap-tiap file namun hanya dikerjakan secara individu sedangkan file geodatabase digunakan untuk lemari dari tiap-tiap file namun dikerjakan secara bersama-sama dalam sebuah jaringan komputer (networking) dengan hasil peta yang lebih kompleks dan lebih cepat selesai. Dalam kegiatan praktikum ini, digunakan personal geodatabase dengan maksud sebagai pengenalan dari software tersebut. Setelah itu memasukkan code value yang telah disediakan dalam buku praktikum melalui personal geodatabase dengan tujuan memudahkan dalam melakukan latihan desain peta tematik. Selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pembuatan environment. Sebenarnya pembuatan environment ini tidak diwajibkan namun hal ini sangat disarankan karena akan memudahkan kita dalam melakukan olah data. Prinsip kerjanya adalah akan selalu menyimpan dan merakam data ketika terjadi perubahan-perubahan pada .isi peta sehingga mampu dideteksi dengan mudah. Langkah ini sangat dianjurkan bagi computer-komputerr yang digunakan oleh orang banyak sebagai contoh ;pada computer yang terdapat pada laboratorium SIG.
Analogi selanjutnya adalah laci-laci yang merupakan bagian dari almari. Pada ArcCatalog, pembagian ruang ini dikenal istilah Feature dataset dimana didalamnya terdapat isi yaitu feature class. Feature dataset merupakan bagian yang dispesifikasikan dari personal geodatabase untuk memudahkan kita dalam pengelompokan data yang lebih spesifik lagi. Pada kegiatan praktikum kali ini dibuat dua feature dataset yang terdiri dari peta dasar dan peta tematik. Setelah itu memberikan koordinat terhadap feature dataset yang dicocokkan dengan koordinat Indonesia yang dalam kegiatan praktikum ini digunakan system UTM yaitu system UTM WGS 1984 UTM Zone 49S. Pada pembangian zona dengan UTM ini hanya terbagi menjadi dua yaitu 49N yaitu lokasi-lokasi yang terletak di utara dengan batas yang terletak di Greenwich dan 49S yaitu lokasi-lokasi yang terletak di selatan dengan batas yang sama.
Pada feature class dianalogikan sebagai isi dari sebuah laci dari almari. Pada feature class terdapat data vector yang dibagi menjadi 3 bagian yaitu point features yang digunakan untuk data berupa titik, line features digunakan untuk data berupa garis, dan polygon features yang digunakan ,untuk menyatakan data berupa area. Tujuan pengelompokan data ini adalah menghindari terjadinya penumpukan data. Sehingga data tertata rapi dan memudahkan dalam melakukan pengolahan data.
Setelah melakukan basis data, selanjutnya adalah melakukan desain peta dengan menggunakan ArcMap. Input data yang dilakukan adalah dengan melakukan georeferencing. Kegiatan georeferencing yaitu menentukan 4 titik yang bearada pada pojok-pojok peta yang disesuaikan dengan titik koordinat. Georeferencing bertujuan untuk mengurangi overlap ketika peta diplot serta dilakukan untuk menentukan titik-titik kunci dari peta sumber. Pada penentuan georeferencing terdapat informasi error yang disebut RMS (route mean scuare) nilai error ini akan muncul apabila telah dilakukan 4 penentuan titik kontrol, nilai RMS sebaiknya bernilai 0,2 – 0,9. Semakin kecil informasi RMS maka semakin akurat data georaferencing.
Setelah itu input data selanjutnya adalah melakukan digitasi on screen. Digitasi dilakukan bertujuan untuk mengubah peta raster (peta dasar) menjadi peta vector (peta hasil). Proses digitasi dilakukan pada skala tetap agar hasil digitasi tidak rusak. Khusus untuk digitasi jalan  pada saat ditemui persimpangan jalan harus diberhentikan digitasi yang kemudian baru dilanjutkan lagi, hal ini dilakukan agar tidak terjadi overlaying data. Penggunan digitasi ini dilakukan untuk peta dasar dengan adanya informasi warna pada peta dasar. Namun untuk memudahkan dalam digitasi jalan pada editor dipilih menu snapping. fungsinya adalah langung menggabungkan dua titik ketika bertemu disuatu persimpangan tanpa harus ada kelebihan dan kekurangan garis. namun pembuatan jalan dan sungai mempunyai kesalahan yang cukup besar dibandingkan dengan digitasi lainnya. kesalahan ini dapat dibenahi dengan menu advance editing yang telah diaktifkan pada menu toolbar. kesalahan-kesalahn tersebut dapat dilihat pada topology rules dan mampu untuk dikoreksi lagi sehingga didapatkan hasil yang bagus. pada topology rules, aturan-aturan dapat dibuat sendiri sesuai dengan keinginan si pembuat peta. setelah itu kesalaha dideteksi dan dibenarkan dengan menu error inspector lalu diklik  validate entire topology maka data hasil digitasi yang salah akan langsung dibenarkan.
untuk data piligon digunakan tool new feature class dimana ketika akan mendigitasi akan langsung mengikuti pola Poligon yang disetting sebelumnya pada ArcCatalog. untuk membagi suatu area-area tertentu digunakan tool cut polygon features dimana mempunyai fungsi untuk memotong bagian-bagian kecil dari poligon yang telah di digit sebelumnya sehingga didapatkan area-area tertentu yang terbagi dlam jumlah tertentu. disamping itu, selain mengenal tool diatas, juga dikenalkan pula tool ArcScan. dimana mempunyai fungsi sama seperti tool yang diatas yaitu sebagai alat bantu dalam digitasi peta. namun kelebihan dari tool ini adalah mampu mendigitasi dengan mudah dan cepat tanpa memerlukan waktu yang cukup lama. hanya menekan klik pada garis yang dikehendaki untuk dilakukan digitasi, maka garis digitasi akan mengikuti garis pada peta yang kita kehendaki untuk dibatasi areanya. namun kelemahan tool  ini adalah memiliki kesalahan yang cukup besar dibanringkan dengan proses digitasi sebelumnya.
kegiatan selanjutnya adalah overlay, intersect, dan disslove. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menggabungkan dua atau lebih peta yang mempunyai informasi yang berbeda namun masih berkaitan antar satu sama lain untuk dijadikan satu peta yang lebih praktis namun padat dengan informasi. Dalam kegiatan ini peta yang digabungkan adalah peta hujan, peta tanah, dan peta lereng. Sebelum digabungkan, feature class akan terlihat teracak dan tidak teratur. Untuk itu hal yang perlu dilakukan untuk menggabungkan antar feature class untuk disatukan dengan menggunakan intersect untuk diubah menjadi satu feature class. Pada proses ini, data masih terlihat teracak dan perlu dirapikan sehingga perlu dilakukan dissolve untuk merapikan data tersebut. Dan secara otomatis akan didapatkan sebuah informasi baru dari gabungan informasi-informasi dari masing-masing peta.
input data selanjutnya adalah COGO atau coordinate geography. fungsi dari COGO ini adalah memasukkan informasi koordinat objek nyata yang kita kehendaki ke dalam peta dimana letaknya sesuai koordinat sebenarnya. dalam pengambilan data COGO ini dilakukan langsung dilapangan dengan alat bantu berupa GPS. alat bantu berupa GPS ini harus mempunyai syarat minimal untuk sinyalnya harus 3-4 sinyal. hal ini dikarenakan untuk mendapatkan hasil yang valid dan sesuai yang diharapkan. jika objek yang dimaksud berupa titik, maka cukup satu saja untuk dilakukan pengambilan koordinat. namun jika objek tersebut berupa poligon misalnya saja geung, maka perlu diambil 4 titik koordinat pada sudut-sudut bangunan tersebut minimal 4 titik. sehingga didapatkan luasan bentuk poligon. pada titik koordinat yang diambil adalah berupa X dan Y. untuk titik Z tidak diambil karena memang tidak melakukan pengukuran untuk ketinggian. untuk objek yang diambil misalnya saja adalah gedung PUSPICS. setelah itu data dicatat dan dimasukkan ke dalam komputer untuk diolah lebih lanjut. hasil yang didapatkan adalah terjadi perbedaan bentuk bangunan dengan objek yang nyata. komputer, terlihat bentuk berupa jajaran genjang tidak seperti bentuk sebenarnya yang berupa persegi. hal ini dikarenakan faktor GPS yang kurang mendukung. bisa saja sinyal yang ditangkap kurang, sehingga menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan titik koordinat.
Kegiatan selanjutnya adalah Query. Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan dalam analisis spasial dan analisis data. Sehingga memudahkan dalam pengambilan informasi yang telah tersedia dalam peta tersebut. Menu ini juga memudahkan dalam pemanggilan data. Sehingga ketika kita ingin mencari suatu data tertentu dengan aturan tertentu, maka dengan aturan yang kita buat sendiri akan memunculkan data yang kita kehendaki sesuai dengan aturan yang telah kita buat sendiri. Hal ini menjadi kelebihan dari software ini jika dibandingkan dengan software grafis yang lainnya.
Kegiatan terakhir adalah layouting. Kegiatan ini ditujukan untuk mempercantik tampilan dari peta yang telah kita buat sehingga enak untuk dipandang. Namun tujuan utama dari layouting adalah mendesain sedetail mungkin dan seinformatif mungkin sehingga hasil karya yang kita kerjakan mampu untuk dibaca oleh orang lain. Tujuannya adalah si pembaca peta mengerti tentang informasi yang kita sampaikan dan mampu untuk mendapatkan informasi dari peta yang telah kita buat. Setelah layouting selesai, maka hasil dari editan kita, kita imprt ke dalam bentuk file JPEG. Sehingga memudahkan kita dalam mencetak peta tersebut sewaktu-waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon kritik dan saran yang membangun