google8e706b55941b4797.html More Than Geography: Pemanasan Global (Tugas Meteorologi dan Klimatologi)

Rabu, 21 September 2011

Pemanasan Global (Tugas Meteorologi dan Klimatologi)

Pemanasan global adalah meningkatnya suhu bumi akibat adanya efek rumah kaca yang disebabkan oleh gas-gas rumah kaca seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride).
Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) atau Panel yang berisi para ahli dunia, menyatakan iklim bumi telah berubah yang disampaikan secara resmi pada KTT bumi di tahun 1992 di Rio de Janeiro Brasil, hingga diadopsinya Konvensi Perubahan Iklim Bangsa-bangsa (United Nations Framework Convention on Climate Change-UNFCCC), dan Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut melalui Undang-undan Nomer 6 Tahun 1994.

Penyebab terjadinya perubahan iklim global, karena dampak pemanasan global. Dan terjadinya pemanasan global karena adanya efek rumah kaca yang berlebihan (lebih dari kondisi normal) di atmosfer bumi, sebagai akibat terganggunya komposisi gas-gas rumah kaca (GRK) utama seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) di atmosfer.

Gas Rumah Kaca ( GRK ) dapat dihasilkan baik secara alamiah maupun dari hasil kegiatan manusia. Namun sebagian besar yang menyebabkan terjadi perubahan komposisi GRK di atmosfer adalah gas-gas buang yang teremisikan keangkasa sebagai “hasil sampingan” dari aktifitas manusia untuk membangun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini. Dimulai sejak  manusia menemukan teknologi industri pada abad 18, banyak menggunakan bahan bakar primer seperti minyak bumi, gas maupun batubara untuk menghasilkan energi yang diperlukan. Energi dapat diperoleh, kalau minyak itu dibakar lebih dahulu, dari proses pembakaran tersebut keluarlah gas-gas rumah kaca.   

Aktifitas-aktifitas yang menghasilkan GRK diantarnya dari kegiatan perindustrian, penyediaan energi listrik,  transportasi dan hal lain yang bersifat membakar suatu bahan. Sedangkan dari peristiwa secara alam  juga menghasilkan/ mengeluarkan GRK seperti dari letusan gunung berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, peternakan hingga kita bernafaspun mengeluarkan GRK. Selain itu aktifitas manusia dalam alih  guna lahan juga mengemisikan GRK.

Gas rumah kaca (GRK) berperan dalam efek rumah kaca dan merubah iklim bumi dengan mekanismenya kurang lebih dapat dijelaskan sebagai berikut: "atmosfer," adalah lapisan dari berbagai macam gas yang menyelimuti bumi, dan merupakan mesin dari sistem iklim secara fisik. Ketika pancaran/radiasi dari matahari yang berupa sinar tampak atau gelombang pendek memasuki atmosfer, beberapa bagian dari sinar tersebut direfleksikan atau dipantulkan kembali oleh awan-awan dan debu-debu yang terdapat di angkasa, sebagian lainnya diteruskan ke arah permukaan daratan. Dari radiasi yang langsung menuju ke permukaan daratan sebagian diserap oleh bumi, tetapi bagian lainnya “dipantulkan” kembali ke angkasa oleh es, salju, air, dan permukaan-permukaan reflektif bumi lainnya. Proses pancaran sinar matahari dari angkasa menembus atmosfer  sampai menuju permukaan bumi hingga dapat kita rasakan suhu bumi menjadi hangat disebut efek rumah kaca (ERK) Tanpa ada efek rumah kaca di sistem ikim bumi, maka bumi menjadi tidak layak dihuni karena suhu bumi terlalu rendah (minus).

Istilah efek rumah kaca, diambil dari cara tanam yang digunakan para petani di daerah iklim sedang (negara yang memiliki empat musim). Para petani biasa menanam sayuran atau bunga di dalam rumah kaca untuk menjaga suhu ruangan tetap hangat. Alasan menggunakan kaca/bahan yang bening karena sifat materinya yang dapat tertembus sinar matahari. Dari sinar yang masuk tersebut, akan dipantulkan kembali oleh benda/permukaan dalam rumah kaca, ketika dipantulkan sinar itu berubah menjadi energi panas yang berupa sinar inframerah, selanjutnya  energi panas tersebut terperangkap dalam rumah kaca. Demikian pula halnya salah satu fungsi atmosfer bumi kita seperti rumak kaca tersebut. 

Dari penjelasan di atas dapat kita mengerti  mekanisme terjadinya efek rumah kaca di bumi. Lalu  keterkaitan antara efek rumah kaca, pemanasan global dan perubahan iklim, Secara sederhana dijelaskan sebagai berikut sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, sinar tampak adalah gelombang pendek, setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar inframerah), yang kita rasakan. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya (komposisinya berlebihan). Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.

Biasanya kondisi kualitas udara tidak diperhitungkan, tetapi menjelang akhir abad ke-20 udara menjadi faktor yang mengganggu pembangunan. Pertama, karena ada data bahwa suhu udara global sudah naik dan dampaknya sudah terasa di Indonesia. "Suhu Jakarta kini mencapai 370, padahal rata-rata suhu di Jakarta dulu hanya 320."

Jadi fakta obyektif suhu udara global mengalami kenaikan dan dampaknya sudah terasa di Jakarta dan di Indonesia, sebab dari kenaikan suhu udara adanya konsentrasi emisi gas rumah kaca yang pada tahun 2005 sudah mencapai 3750 dan terus naik sehingga saat ini tercatat 3790
Dia mengatakan, negara-negara seperti Amerika Serikat dan Australia menganggap enteng kenaikan suhu ini dan berpendapat bisa dikendalikan dengan teknologi.

"Bagi negara maju mungkin bisa diatasi dengan teknologi, tapi untuk negara berkembang seperti Indonesia yang terletak di Khatulistiwa dan merupakan negara kepulauan, mengatasi hal itu bukanlah hal mudah," katanya.
Emil juga menjelaskan, dampak dari kenaikan suhu ini akan menyebabkan muka air laut global naik 0,17 meter dan di akhir abad ke-20 ada 20 pulau telah tenggelam.
Pada 2020 diramalkan 2.000 pulau akan tenggelam pada musim air pasang dan yang jadi repot lagi adalah intensitasnya, sehingga sejak 1970 gejala-gejala banjir, angin kencang di bagian selatan pulau Jawa dan sebagainya meningkat, maka di tahun-tahun depan gejala bencana alam tidak surut, maka menjadi naik dan membawa longsor.

Pembangunan industri, transportasi, energi menurut dia, memperburuk kondisi di atas, karena ketiga faktor ini mengemisi membuat gas rumah kaca terkonsentrasi di udara, menjadi membungkus udara seperti selimut.
"Akibatnya suhu bumi dan permukaan laut naik, iklim berubah dan berdampak pada musim tanam, cuaca hujan, sehingga memukul pertanian berbasis irigasi air, tembakau, dan kelapa sawit

Pertanian harus memperhitungkan perubahan iklim, maka bibit padi mungkin sekarang masih baik, tetapi 10-15 tahun lagi benih tidak lagi efektif dan harus dicari yang tahan kering yang tidak perlu air. "Pola tanam harus berubah dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Juga pola bertani irigasi harus diubah, bibit mesti yang tahan kering dan air menjadi faktor yang langka," katanya.

Menurut Emil Salim, ke depan konflik air bakal meningkat konon yang terjadi sudah disinyalir bahwa di atas 30 garis lintang ada kelembaban curah hujan lebih besar dari 0 ke-30.
Jadi Indonesia berada diantara 0-30 milimeter, maka Indonesia akan menderita kekurangan curah hujan, air menjadi lebih langka.
Terkait kondisi itu, dia menyarankan agar pola PU yang selalu membuat banjir kanal, melempar air ke laut harus diubah menjadi menyimpan air ke dalam tanah. Juga para pengguna energi batubara harus mampu menyimpan asap lalu memasukkannya kembali ke dalam lobang di kanal

Perubahan iklim mikro sangat memengaruhi perubahan iklim makro. Penebangan satu pohon akan menghilangkan iklim mikro yang ada di bawahnya dan jika dilakukan penebangan pohon satu bukit, seperti yang terjadi di Bukit Daun untuk perluasan perkebunan teh tentu akan memengaruhi iklim yang lebih besar.
Hilangnya hutan akan berpengaruh terhadap suhu udara, perubahan suhu ini akan berdampak pada perubahan arah angin, bahkan kecepatan angin. Pada tingkat selanjutnya, perubahan suhu dan arah angin ini akan memengaruhi intensitas dan curah hujan.
Tidak ada yang membantah, banjir dan longsor disebabkan karena curah hujan tinggi. Hujan akan turun ketika angin membawa butiran air yang disebut awan. Jika terjadi hujan abnormal dan daya dukung lingkungan rendah, maka hujan dapat menyebabkan bencana.
Banyak teori menyebutkan ketika hutan gundul, maka suhu udara di tempat tersebut akan semakin tinggi, tekanan udara rendah, dan kadar CO2 udara akan meningkat. Dalam teori lain, kerusakan hutan akan mengakibatkan pemanasan global.
Akibat peningkatan suhu udara proses penguapan dan kondensasi akan lebih cepat dan banyak. Seperti yang dirilis Suara Publik Edisi Januari 2006 (http://www.suarapublik.org/),   bertambahnya curah hujan tahun ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya suhu permukaan air laut di hampir seluruh wilayah Indonesia.  Kenaikan suhu permukaan laut itu berkisar 0,5 sampai 1 derajat di atas suhu rata-rata. Akibat kenaikan suhu permukaan laut, sejumlah wilayah di tanah air berpotensi menerima curah hujan abnormal, yakni di atas 500 mm per bulan. Pada situasi normal, curah hujan umumnya antara 300-400 mm per bulan.
Peningkatan curah hujan akan berpotensi terjadinya bencana alam, apalagi setelah terjadinya kerusakan hutan dan menurunya daya dukung lingkungan seperti sekarang ini.
Dengan demikian, jika terjadi kerusakan satu komponen lingkungan akan memengaruhi komponen lingkungan yang lain. Kerusakan hutan akan berdampak pada menurunnya tingkat kesuburan tanah, erosi, longsor, suhu udara semakin tinggi, tiupan angin semakin kencang, perubahan suhu, dan peningkatan curah hujan. Perubahan iklim yang abnormal seperti saat ini, yang tidak jelas batas musim hujan dan musim panas merupakan bukti nyata kegagalan pengelolaan lingkungan.

3 komentar:

dimas mengatakan...

bagus mas udin
banyakin opinimu din

daftar google adsense coba siapa tau dapet duit
wkwkwkw
peace

Anonim mengatakan...

You're so interesting! I don't believe I've read a single thing like this before. So nice to find another person with a few genuine thoughts on this topic. Seriously.. many thanks for starting this up. This website is one thing that is required on the web, someone with a bit of originality!

Here is my webpage; Mulberry Outlet UK

Blogger mengatakan...

This way my colleague Wesley Virgin's report starts in this SHOCKING and controversial video.

Wesley was in the army-and shortly after leaving-he found hidden, "self mind control" secrets that the government and others used to get whatever they want.

These are the EXACT same methods many famous people (especially those who "come out of nowhere") and top business people used to become wealthy and famous.

You probably know that you use less than 10% of your brain.

Really, that's because most of your brain's power is UNCONSCIOUS.

Maybe this conversation has even taken place IN YOUR very own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head about seven years back, while riding an unlicensed, trash bucket of a car without a license and with $3.20 in his pocket.

"I'm absolutely frustrated with going through life payroll to payroll! Why can't I turn myself successful?"

You've taken part in those questions, am I right?

Your very own success story is going to happen. You need to start believing in YOURSELF.

CLICK HERE TO LEARN WESLEY'S SECRETS

Posting Komentar

mohon kritik dan saran yang membangun