Batuan sedimen terbentuk oleh proses sedimentasi atau penjendalan (koagulasi) hasil proses pelapukan setelah mengalami proses pengangkutan atau perpindahan tempat. Bahan hasil pelapukan dapat dalam bentuk butiran kasar, suspensi atau larutan batuan. Pengangkutan puing atau butiran batuan oleh tenaga: air di darat (fluvial), laut (marin), lucuran es (glacial), angin (eolin), atau perpindahan karena proses gravitasi (masswasting = gerak massa batuan). Ada empat cara terangkutnya muatan sedimen (sediment load), yaitu; mengapung, suspensi, larutan dan muatan dasar.
Batuan sedimen yang terbentuk oleh proses: fluvial, marin, glasial, eolin dan gravitasional, mempunyai ciri khusus, sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara sedimen yang terbentuk oleh proses yang berbeda. Sedimen yang terbentuk oleh proses tertentu pada masa kini, mempunyai sifat-sifat yang sama dengan sedimen yang terbentuk oleh proses yang sama pada masa lampau.
Sedimen yang terangkut oleh air sungai akan mengalami keausan, sehingga semakin kecil dan membulat. Sedimen marin dapat berbentuk pipih, sedimen yang terangkut angin akan berukuran seragam, sedangkan yang berpindah secara gravitasional tidak mengalami pemilahan, butiran berukuran besar dan kecil menjadi campur.
Pada pengamatan di lapangan sering ditemukan bentukan yang terjadi pada masa lampau. Untuk mengetahui proses yang membentuknya perlu pendekatan: The preset is the key to the past, atau dikenal dengan konsep uniformitarianism. Atas dasar sifat-sifat sedimen yang ditemukan di lapangan dapat ditentukan proses yang membentuk sedimen tersebut, selanjutnya dapat digunakan untuk analisis kondisi pada waktu sedimen terbentuk.
Batuan sedimen
Sedimentasi hasil proses pelapukan dan erosi oleh tenaga; fuvial, marin, eolin, glasial, dan gravitasional membentuk endapan dengan berbagai ciri, dan setelah mengalami kompaksi atau litifikasi menjadi batuan sedimen. Sedimen dapat menjadi kompak atau membatu karena: tekanan, pengisian materi pengikat, atau pemanasan.
Tekanan yang bekerja pada sedimen berasal dari beban batuan yang terdapat di atasnya, tekanan dari samping atau dari bawah. Panas yang dapat mendukung terjadinya kompaksi dapat berasal dari: tekanan, magma atau proses tektonis. Materi pengikat butiran batuan berasal dari unsur-unsur pengikat (Si, CaCO3, Al, dan Fe), yang masuk pori-pori batuan pada waktu sedimentasi atau setelah sedimentasi.
Sedimen dapat dibedakan atas dasar materi penyusun batuan, yaitu: klastis, bioklastis dan organis. Atas dasar tekstur materi penyusun, batuan sedimen dapat dibedakan menjadi: breksi, konglomerat, batupasir dan batu lempung (Lahee, 1961; lihat Tabel 1, hal 38; Tabel 2, hal 39; Appendix 4, hal. 835; Appendix 6, hal. 837 - 849).
Struktur batuan sedimen
Sedimentasi dapat menghasilkan struktur berlapis dapat pula tidak berlapis. Terbentuknya perlapisan batuan ditentukan oleh:
- batuan asal,
- tingkat pelapukan,
- tekstur batuan yang diangkut,
- tenaga pengangkut / tenaga yang menyebabkan perpindahan,
- jumlah bahan (batuan) yang diangkut, dan
- musim,
- aktivitas manusia.
Jenis struktur batuan sedimen
- Berlapis (tebal, tipis, kesan berlapis pada > lavaflow bukan terbentuk oleh sedimentasi)
a. silangsiur (cross-bedding)
b. perlapisan bergradasi ukuran butiran (graded-bedding)
c. mud-cracks
d. ripplemarks
- Tidak berlapis (tidak menunjukan adanya lapisan, terbentuk cepat, perpindahan oleh tenaga gravitasi > misalnya endapan lahar dan endapan longsoran).
Kata kunci:
Tenaga pengangkut sedimen, cara sedimen terangkut, sortasi, ukuran butir, bentuk butir, litifikasi,
Pustaka
Lahee F.H. 1961. Field Geology. McGraw-Hill. London.
Holmes A. 1965. Principles of Physical Geology. Edisi 2. William Clowes and Sons. London.
Thomson and Turk. - Introductions to Physical Geology
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon kritik dan saran yang membangun