google8e706b55941b4797.html More Than Geography: PEMETAAN KOEFISIEN ALIRAN METODE COOK DAN PERHITUNGAN DEBIT PUNCAK

Senin, 19 September 2011

PEMETAAN KOEFISIEN ALIRAN METODE COOK DAN PERHITUNGAN DEBIT PUNCAK



            I.        TUJUAN
·         Praktikan mampu membuat peta koefisien aliran, dengan melakukan scoring beberapa variable penentu koefisien aliran dengan metode Cook.
·         Menghitung debit puncak DAS kajian.

              II.    TINJAUAN PUSTAKA
Setiap hujan yang jatuh di permukaan Daerah Aliran Sungai (DAS), sebagian air yang tercurah akan meresap ke dalam tanah dan selebihnya akan mengalir menjadi aliran permukaan. Kondisi fisik DAS sangat berpengaruh pada aliran permukaan DAS tersebut, seperti topografi, geologi, tanah, dan penggunaan lahan. Karakteristik lingkungan fisik DAS mempengaruhi respon hidrologi DAS dan sebaliknya respon hidrologi DAS tergantung pada karakteristik lingkungan fisiknya (Linsley et al. 1958, 1975 dalam Totok Gunawan, 1991).
Pendugaan debit puncak suatu DAS dapat dilakukan dengan beberapa metode. Salah satunya dengan metode rasional dimana metode ini mempertimbangkan kondisi fisik lingkungan DAS dimana kondisi fisik ini dibatasi oleh igir – igir bukit. Debit aliran DAS sendiri merupakan volume air yang mengalir melalui panampang melintang sungai (dalam hal ini sungai dalam suatu DAS tertentu) dan saluran dalam satuan waktu.
Parameter penentu debit puncak dengan metode rasional yaitu koefisien aliran yang mempertimbangkan aliran permukaan dan curah hujan, intensitas air hujan, dan luasan total DAS. Koefisien aliran diketahui pada unit analisis satuan lahan yang tersusun atas lereng, bentuklahan, dan penggunaan lahan.


             III.    CARA KERJA
1.    Menyiapkan peta kelas kemiringan lereng, peta bentuklahan dan peta penggunaan lahan yang telah dibuat pada acara sebelumnya. Memberi skor masing – masing peta
2.    Menumpangsusunkan (overlay) ketiga peta tersebut dan mendeleniasi kembali poligon – poligon yang terbentuk. Poligon tersebut merupakan satuan lahan untuk pemetaan koefisien aliran.
3.    Mencari luasan tiap satuan lahan.
4.    Mencatat nama – nama satuan lahan yang merupakan gabungan dari tiga peta yang telah disiapkan tadi ke dalam sebuah tabel beserta skor masing – masing.
5.    Setelah semua satuan lahan diberi nilai skor untuk keseluruhan variabel, kemudian menjumlahkan nilai skor tersebut menjadi total skor.
6.    Mengalikan masing – masing total skor setiap satuan lahan dengan faktor pembobot setiap satuan lahan.
7.    Menjumlahkan kolom faktor pembobot x total skor. Nilai yang diperoleh merupakan koefisien aliran rerata DAS tersebut.
8.    Menghitung debit puncak DAS dengan rumus,
Qp = 0,278 x C x l x A
Keterangan : Qp : debit puncak (m2/s)
                      C   : koefisien aliran hasil estimasi metode Cook
                      I    : intensitas hujan (mm/jam)
                      A  : luas total DAS (km2)


        IV.        HASIL PRAKTIKUM
1.    Tabel perhitungan koefisien aliran
2.    Peta satuan lahan
3.    Peta koefisien aliran
4.    Perhitungan debit puncak

          V.        PEMBAHASAN
Praktikum penginderaan jauh acara tujuh membahas tentang koefisien aliran dan perhitungan debit puncak. Praktikan diminta untuk membuat peta koefisien aliran dan menghitung debit puncak. Koefisien aliran merupakan salah satu parameter penentu besarnya debit puncak metode rasional. Koefisien aliran merupakan angka yang menunjukkan perbandingan antara aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Koefisien aliran berkisar anatar 0 – 1 dimana semakin besar koefisien aliran, semakin banyak curah hujan yang menjadi aliran permukaan. Sehingga koefisien aliran yang besar menunjukkan bahwa aliran permukaan yang terbentuk tinggi. Jika hal ini terjadi, kemungkinan terjadinya erosi tinggi.
Secara tidak langsung, koefisien aliran menunjukkan karakteristik kondisi fisik DAS. Oleh karena itu, koefisien aliran dijadikan sebagai parameter dalam penentuan debit puncak dengan metode rasional dimana debit puncak DAS sangat dipengaruhi oleh intensitas hujan, luasan DAS, dan kondisi fisik DAS (khususnya bagaimana DAS tersebut merespon air/hujan yang datang).
Koefisien aliran yang merujuk pada kondisi fisik DAS dapat diketahui dengan melihat variabel – variabel fisik DAS tersebut antara lain lereng, infiltrasi, kerapatan vegetasi/penutup lahan, dan kerapatan aliran. Keempat variabel ini sangat berkaitan satu sama lain. Lereng mempengaruhi kecepatan dan volume limpasan permukaan. Semakin curam lereng semakin besar kecepatan aliran permukaan. Koefisien aliran dipengaruhi oleh infiltrasi yang merupakan kemampuan tanah untuk meresapkan air (berkaitan dengan tekstur tanah, lereng, dan penutup lahan/kerapatan vegetasi). Semakin rendah kemampuan infiltrasi tanah, semakin lempung/halus tekstur tanahnya, semakin curam lereng, dan semakin rendahnya tutupan vegetasinya, menjadikan debit puncak DAS tinggi. Besarnya koefisien aliran yang digunakan untuk pengukuran debit puncak memperhatikan kemungkinan perubahan tata guna lahan di kemudian hari (melihat/memprediksi tata guna lahan seperti apa yang muncul pada beberapa tahun ke depan). Koefisien aliran ini didapat dari pemberian skor pada masing – masing variabel (lereng, infiltrasi, kerapatan vegetasi, dan aliran) dengan memperhatikan seberapa besar pengaruh kondisi variable tersebut dalam debit puncak dan dengan memperhatikan luasan satuan lahan dan luasan DAS.

        VI.        KESIMPULAN
1.    Koefisien aliran merupakan angka yang menunjukkan perbandingan antara aliran permukaan dan besarnya curah hujan.
2.    Koefisien aliran merupakan salah satu parameter dalam penentuan debit puncak dengan metode rasional selain intensitas hujan dan luasan DAS itu sendiri.
3.    Variabel – variabel fisik penentu besarnya koefisien aliran antara lain lereng, infiltrasi, kerapatan vegetasi/penutup lahan, dan kerapatan aliran.
4.    Semakin rendah kemampuan infiltrasi tanah, semakin lempung/halus tekstur tanahnya, semakin curam lereng, dan semakin rendahnya tutupan vegetasinya, menjadikan debit puncak DAS tinggi.







DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Gunawan, Prof. Dr. Totok, dan tim. 2011. Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh Terapan untuk Hidrologi. Yogyakarta : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.


FID
Tanah
PL
sub bentuk lahan
satuan lahan
luas (m2)
skor lereng
skor krptn vegetasi
Skor Aliran
skor Infiltrasi
Total Skor/100
pembobot
Total Skor x Bobot


0
0-5%
Aluvial
Sawah irigasi
Dataran Aluvial
0-5%AluvialSawah irigasiFluvial
894876,3459
10
10
5
10
0,35
0,0755
0,0264

1
>30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Antiklinal
>30%RegosolTegalanStruktural
185338,2423
40
15
5
15
0,75
0,0156
0,0117

2
10-30%
Regosol
Sawah tadah hujan
Perbukitan Sinklinal
10-30%RegosolSawah tadah hujanStruktural
585719,9492
30
10
15
10
0,65
0,0494
0,0321

3
10-30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Antiklinal
10-30%RegosolTegalanStruktural
239430,4728
30
15
15
15
0,75
0,0202
0,0151

4
10-30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Sinklinal
10-30%RegosolTegalanStruktural
263852,3254
30
15
5
15
0,65
0,0223
0,0145

5
5-10%
Aluvial
Sawah irigasi
Dataran Aluvial
5-10%AluvialSawah irigasiFluvial
104193,0442
20
10
15
10
0,55
0,0088
0,0048

6
0-5%
Red Mediteranian
Hutan
Perbukitan Karst
0-5%Red MediteranianHutanKarst
8975,4752
10
5
10
5
0,3
0,0008
0,0002

7
10-30%
Red Mediteranian
Hutan
Perbukitan Karst
10-30%Red MediteranianHutanKarst
170748,2072
30
5
10
5
0,5
0,0144
0,0072

8
10-30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Antiklinal
10-30%RegosolTegalanStruktural
448455,5146
30
15
15
15
0,75
0,0378
0,0284

9
10-30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Sinklinal
10-30%RegosolTegalanStruktural
293826,7823
30
15
5
15
0,65
0,0248
0,0161

10
>30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Antiklinal
>30%RegosolTegalanStruktural
530843,3095
40
15
15
15
0,85
0,0448
0,0381

11
10-30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Antiklinal
10-30%RegosolTegalanStruktural
365502,6343
30
15
15
15
0,75
0,0308
0,0231

12
10-30%
Regosol
Permukiman
Perbukitan Sinklinal
10-30%RegosolPermukimanStruktural
768409,2548
30
20
15
20
0,85
0,0648
0,0551

13
10-30%
Regosol
Sawah tadah hujan
Perbukitan Antiklinal
10-30%RegosolSawah tadah hujanStruktural
268523,2079
30
10
10
10
0,6
0,0226
0,0136

14
10-30%
Regosol
Sawah tadah hujan
Perbukitan Sinklinal
10-30%RegosolSawah tadah hujanStruktural
682880,7096
30
10
5
10
0,55
0,0576
0,0317

15
10-30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Sinklinal
10-30%RegosolTegalanStruktural
274606,0542
40
15
5
15
0,75
0,0232
0,0174

16
>30%
Regosol
Semak
Perbukitan Sinklinal
>30%RegosolSemakStruktural
176675,3883
40
15
10
20
0,85
0,0149
0,0127

17
>30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Antiklinal
>30%RegosolTegalanStruktural
243813,8207
40
10
15
15
0,8
0,0206
0,0164

18
>30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Sinklinal
>30%RegosolTegalanStruktural
874746,6901
40
15
5
15
0,75
0,0738
0,0553

19
>30%
Red Mediteranian
Hutan
Perbukitan Karst
>30%Red MediteranianHutanKarst
118784,5711
40
5
5
5
0,55
0,0100
0,0055

20
>30%
Regosol
Permukiman
Perbukitan Antiklinal
>30%RegosolPermukimanStruktural
162849,9957
40
20
5
20
0,85
0,0137
0,0117

21
>30%
Regosol
Sawah tadah hujan
Perbukitan Antiklinal
>30%RegosolSawah tadah hujanStruktural
176960,9129
40
10
5
10
0,65
0,0149
0,0097

22
>30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Antiklinal
>30%RegosolTegalanStruktural
158701,0301
40
15
15
15
0,85
0,0134
0,0114

23
>30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Antiklinal
>30%RegosolTegalanStruktural
160650,9251
40
15
15
15
0,85
0,0135
0,0115

24
>30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Sinklinal
>30%RegosolTegalanStruktural
984194,7715
40
15
15
15
0,85
0,0830
0,0705

25
>30%
Regosol
Tegalan
Perbukitan Antiklinal
>30%RegosolTegalanStruktural
800058,9959
40
15
15
15
0,85
0,0675
0,0573


Debit Puncak DAS
Qp = 0,278 x C x I x A
      = 0,278 x0,0239x23,843 x 11,858
      =     1,8785  m2/s

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ada bukunya gak yg khusus membahas tentang metode cook ??
mohon informasinya ya..
thx before

Unknown mengatakan...

untuk pedoman skoring menggunakan pedoman apa? dan nilai pembobot didapat dari mana?

Posting Komentar

mohon kritik dan saran yang membangun