Tanah + Iklim/Cuaca + Tanaman ==> Hasil Tanaman
Dari situ dapat dilihat, bahwa ada tiga faktor utama yang menentukan hasil tanaman. Supaya hasil yang diperoleh optimum, maka ketiga faktor tersebut harus dalam keadaan seimbang.
Dengan teknologi tingkat sekarang ini dan kemajuan yang akan datang asalkan tersedia modal, faktor tanah dan tanaman sebagian besar dapat dikuasai manusia. Misalnya dengan modal besar dapat memanfaatkan padang pasir atau tanah-tanah masam/ bergaram. Juga dengan modal besar dapat dihasilkan jenis tanaman yang dikehendaki (sebaliknya faktor iklim). Keadaan atmosfer umumnya baru sedikit sekali dapat dikuasai oleh manusia. Hal ini disamping sifatnya juga pengetahuan tentang itu belum cukup mendalam dan luas.
Ilmu iklim (klimatologi) sekaligus ilmu tua maupun muda. Ia merupakan ilmu setua manusia dimana mereka sejak semula berusaha mempelajari lingkungannya. Sedangkan ia dikatakan muda karena mulai benar-benar diperhaikan secara intensif setelah penemuan kapal terbang, radio dan radar. Manusia primitif sangat dipengaruhi oleh fenomena-fenomena cuaca dan iklim akan tetapi sama sekali tidak dapat menjelaskan secara logika. Kepercayaan- kepercayaan pada saat itu membantu menterjemahkan keajaiban-keajaiban atmosfer, seperti hujan, angin dan kilat. Pada permulaan peradaban manusia seringkali nama dewa-dewa digunakan untuk nama-nama unsur iklim penting. Misalnya orang yunani kuno dewa Boreas merupakan pengatur angin utara (Critchfield, 1986), Dewa Ra merupakan dewa matahari untuk orang-orang mesir kuno, sedangkan orang jawa mengatakan Batara Suryo merupakan pengatur matahari. Yupiter Pluvius merupakan dewa hujan untuk orang-orang romawi, atau Bathara Narada untuk orang jawa kuno.
Klimatologi berasal dari kata yunani klima yang menunjukkan pada kemiringan hayal bumi dan kira-kira sama dengan konsep kita tentang garis lintang dan logos berarti mempelajari.
Di samping kemajuan ilmu- ilmu biologi, perkembangan dalam ilmu fisika, terutama pemanfaatan kelistrikan untuk peralatan dan kemajuan dalam penelitian iklim mikro memberikan pengertian lebih baik di dalaam membuat arti lingkungan fisika. Keberhasilan dalam pengukuran dan pengkajian lingkungan fisika bersama-sama dengan kemajuan dalam biostatistik telah meratakan jalan untuk perkembangan meteorologi pertanian. Di Indonesia tahun 1866 diadakan pengukuran hujan yang pertama di jakarta, selanjutnya tahun 1879 didirikan Stasiun Meteorologi di Jakarta.
Lintang bumi merupakan pengendali iklim secara umum paling penting pada iklim-iklim hujan tropika, dengan matahari tertinggi kira-kira jam 12.00 yang terjadi dari hari ke hari sepanjang tahun dan berkesudahan temperatur tinggi. Masa udara yang naik akibat temperatur tinggi cenderung mendorong terjadinya hujan berlebihan. Tanah- tanah latosol merupakan tipe beberapa wilayah, dan pengatusan yang jelek serta adanya tanah-tanah yang tergenang air.
Untuk menggambarkan adaptasi dan agihan di daerah tropika, empat macam tanaman yang penting dalam pertanian akan dipertimbangkan di sini: yaitu coklat, pisang, tebu dan kopi. Batas-batas toleran coklat agak jelas ditentukan oleh hutan hujan tropika (Af). Tanaman pisang juga sesuai dengan iklim Af, tetapi secara perdagangan ditanam pada savana tropika (Aw), dimana tersedia air irigasi. Tebu cukup baik pada savana tropika dan lebih toleran terhadap temperatur daripada coklat dan pisang.
Kopi ditanam pada savana tropika, terutama pada dataran tinggi tropika dimana temperatur lebih rendah dibanding di dataran rendah.
Perubahan iklim secara nyata dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dan tumbuhan obat-obatan yang dari hutan di masa datang. Perubahan iklim juga memicu peningkatan berbagai penyakit di wilayah hutan.
Siklus iklim dan hidrologi yang teratur dapat mempengaruhi tanah yang dapat dikatakan sebagai media pertumbuhan tanaman.
Daftar Pustaka
Wisnubroto, Soekardi. Aminah S., Siti . Nitisapto, Mulyono . 1981 . Azas- Azas Meteorologi Pertanian . Yogyakarta : Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada
Prawirowardoyo, Susilo . 1996 . Meteorologi . Bandung : Penerbit ITB
Sutedjo, Mul Mulyani. Kartasapoetra, A.G. 2005 . Pengantar Ilmu Tanah . Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Gabler, Robert E. Petersen, James F. Trapasso, L. Michael . 2004 . Essentials of Physical Geography . USA : Thomson Learning
http://regionalinvestment.com/sipid/id/area.php?ia=3573&is=33 ; Di akses 20 November 2008, 20:34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon kritik dan saran yang membangun