Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan sifat obyek yang tampak pada citra, berikut deskripsinya. Interpretasi citra dapat dilakukan secara manual atau visual, dan dapat pula secara digital. Interpretasi citra secara visual sering di sebut denagan Interpretasi Fotografik, sekalipun citra yang di gunakan bukan citra foto, melainkan citra non foto yang telah tercetak (hard copy). Sebutan Interpretasi fotografik sering di berikan pada Interpretasi visual citra non foto, karena banyak produk tercetak citra no foto di masa lalu (bahkan sampai sekarang) di wujudkan dalam bentuk film ataupun citra tercetak di atas kertas foto, dengan proses reproduksi fotografik. Hal ini dapat dilakukan karena proses pencetakan oleh computer pengolahan citra non foto dilakukan dengan printer khusus yang disebut film writer, dan hasil cetakanya menyerupai slide (diapositif) berukuran besar (kurgan lebih hingga ukuran karto).
Istilah Interpretasi fotografik juga di berikan pada berbagai kegiatan Interpretasi visual citra-citra non foto, karena p[rinsip-prinsip Interpretasi yang di gunakan tidak jauh berbeda dari prinsip-prinsip Interpretasi Foto Udara.
Pada Interpretasi Fotografik,, prinsip konvergensi bukti di gunakan untuk menyusun kesimpuan tentang obyek yang telah di deteksi. Dalam konvergensi bukti, serangkaian bukti yang di dukung beberapa unsure-unsur Interpretasi akan mengarahkan penafsir ke beberapa kesimpulan tentang jenis obyek yang ada pada citra. Penambahan satu atau beberapa unsure Interpretasi akan mempersempit kemingkinan jenis obyek yang ada, dan pada akhirnya, penggunaan suatu unsure Interpretasi berikutnya akan membimbing penafsir ke satu kesimpulan tentang jenis obyek yang di kaji.
Misalnya pada penggunaan Foto Udara Inframerah berwarna skala 1 : 10.000 di peroleh data obyek berupa warna hijau kea rah cyan, berbentuk segi empat, berukuran sekitar 100 * 110 meter persegi, bertekstur halus. Dari ke empat unsure Interpretasi ini, ada beberapa kemungkinan tentang jenis obyeknya, yaitu : Lahan terbuka ( dengan tanah bewarna coklat merah kekuningan ) yang penggunaanya belum pasti, Lapangan sepak bola, Lahan sawah yang sedang tidak di tananmi, Tegalan (pertanian lahan kering) tanpa tanaman, atau sekedar lahan kosong tanpa fungsi yang jelas. Penambahan unsure Interpretasi yang lain seperti misalnya pola tidak menunjukkan adanya pengulangan kenampakan serupa di sekitarnya, begitu pula dari segi bayangan tidak tampak adanya kesan bayangan yang terekam.
Penambahan unsure ini sydah engurangi kemungkinan jenis obyek yaitu bukan sawah/tegalan, dan bukan pula lapangan sepak bola yang di gunakan secara permanent, karena tanpa adanya tiang gawang. Penggunaan unsure situs hanya menunjukkan bahwa obyek tersebut berdekatan dengan jalan, sedangkan aspek asosiasi menunjukkan bahwa ada obyek-obyek yang telah di gunakan sebagai rumah-rumah, dengan ukuran kecil, berpola teratur, berdekatan dengan obyek tersebut. Aspek asosiasi ini dapat membimbing penafsir ke arah kesimpulan bahwa lahan tersebut merupakan Lahan kosong yang di persiapkan untuk pengembangan perumahan.
Penggunaan unsure-unsur Interpretasi tidak selalu selengkap itu, kadang-kadang hanya di butuhkan 3 sampai 4 unsur untuk mengenali obyek yang ada. Pada Foto Udara Inframerah berwarna, warna merupakan unsure Interpretasi yang sangat mendasar untuk di gunakan sebagai titik tolak pengenalan obyek-obyek penutup/penggunaan lahan. Pada banyak kasus, pola, situs, dan asosiasi berperan lebih penting pada pengenalan obyek yang bukan penutup/penggunaan lahan, misalnya satuan-satuan fisiografik atau bentuk lahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mohon kritik dan saran yang membangun