google8e706b55941b4797.html More Than Geography: Denudasional

Rabu, 22 Juni 2011

Denudasional

           Denudasional merupakan proses penelanjangan permukaan bumi. Denudasi cenderung menurunkan bagian muka bumi yang positif hingga mencapai bentuk permukaan bumi yang hampir datar. Denudasi meliputi dua proses utama, yaitu pelapukan dan perpindahan material oleh proses erosi dan gerak massa batuan.
1.      Pelapukan
Pelapukan merupakan proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permuakaan dan atau dekat permukaan bumi tanpa disertai perpindahan material (insitu). Pelapukan juga dapat didefinisikan sebagai proses pegrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen. Pelapukan di setiap daerah berbeda beda tergantung unsur-unsur yang terdapat di daerah tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa meter saja.
Pelapukan dibedakan menjadi :
  1. Pelapukan fisik
Pelapukan fisik merupakan perubahan material dari ukuran besar ke ukuran yang lebih kecil tanpa perubahan komposisi kimia. Pada proses ini batuan akan mengalami perubahan fisik baik bentuk maupun ukurannya. Pelapukan ini di sebut juga pelapukan mekanik sebab prosesnya berlangsung secara mekanik.
Penyebab terjadinya pelapukan mekanik yaitu:
1)      Adanya perbedaan temperatur yang tinggi.
Peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun di daerah gurun di mana temperatur pada siang hari dapat mencapai 500 C dan perbedaan suhu udara antara siang dan malam hari cukup besar atau mengalami perubahan temperatur yang ekstrim. Pada saat temperatur tinggi, batuan menjadi mengembang, sedangkan pada saat suhu udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.
2)      Adanya pembekuan air di dalam batuan
Jika di dalam batuan dijumpai adanya pembekuan air maka volume batuan tersebut akan betambah (batuan akan mengembang). Hal ini dapat menimbulkan tekanan terhadap mineral di sekitarnya. Akibat adanya tekanan ini maka batu- batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang yang pada umumnya memiliki temperatur yang rendah dengan pembekuan hebat.
3)      Berubahnya air garam menjadi kristal.
Jika di dalam air tanah dijumpai kandungan garam, maka pada siang hari air tersebut akan menguap dan garam akan mengkristal di dalam batuan. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan di sekitarnya, terutama batuan karang di daerah pantai.
4)      Hilangnya beban batuan
Hal ini terjadi karena adanya pengikisan terhadap batuan penutupnya.
  1. Pelapukan kimia
Pelapukan kimia merupakan proses perubahan kimia sehingga menghasilkan mineral sekunder yang dipengaruhi oleh air dan temperatur. Pelapukan kimia dapat disebabkan oleh reaksi pelarutan, hidrolisis, karbonasi, oksidasi dan reduksi, dan pertukaran kation.


  1. Pelapukan biologis
Pelapukan biologis merupakan pelapukan yang terjadi baik secara fisik maupun kimiawi karean adanya aktivitas organisme. Jadi penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang, tumbuhan dan manusia. Contoh binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah dan serangga.
Misalnya saja di batu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh binatang.
Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar.
Contoh-contoh aktivitas organisme yang menyebabkan pelapukan antara lain
1)      Masuknya perakaran dalam celah batuan dan menimbulkan tekanan terhadap batuan sehingga batuan menjadi pecah.
2)      Kandungan air yang terserap oleh akar mempercepat pelapukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan, antara lain :
a.       Batuan induk
Batuan yang mengandung mineral-mineral mafik akan lebih cepat mengalami pelapukan daripada batuan yang mengandung mineral felsik.
b.      Aktivitas organisme
Aktivitas organisme akan meningkatkan derajat keasaman tanah yang dapat mempercepat proses pelapuka kimia.
c.       Topografi
Topografi mempengaruhi drainase permukaan. Selain itu juga berpengaruh pada suhu udara dan curah hujan yang akhirnya mempengaruhi pelapukan.
d.      Iklim
Parameter iklim yang paling berperan antara lain temperatur dan curah hujan
2.      Gerak Massa Batuan (Mass Wasting)
Gerak massa batuan merupakan proses perpindahan meterial permukaan bumi secara gravitaif menuruni lereng. Ciri dari endapan dari proses gerak massa batuan, antara lain tidak adanya sortasi/ pemilahan material yang terpindahkan.
Berdasarkan tipe gerakan dan material yang dipindahkan, gerak massa batuan dapat dibedakan menjadi :
a.       Tipe Rayapan/ Creep
Tipe ini gerakannya sangat lambat sehingga tidak mudah diramati, yang terlihat hanya akibatnya seperti dinding rumah retak-retak, akibat fondasinya perlahan-lahan bergeser, tiang-tiang dan pepohonan tumbuhnya melekung. Rayapan melibatkan tubuh tanah dan regolith, pada lereng yang landai, karena pemuaian dan pengkerutan yang disebabkan pembekuan dan pencairan, basah atau kering. Dapat juga karena tanah jenuh air, daya kohesinya berkurang. Tanah menjadi mudah bergerak kebawah lereng.
b.      Tipe Aliran
Aliran dalam gerakan permukaan adalah berpindahnya partikel yang bergerak dalam pergerakan massa. Tipe gerak massa batuan ini dapat diidentifikasi dengan tidak adanya bidang geser. Tipe aliran dapat dibedakan menjadi aliran kering, solifluction, aliran tanah, aliran debris dan debris avalanche (Varnes, 1978).
Gerakan tipe solifluction termasuk lambat dan hanya terjadi pada daerah yang memiliki elevasi yang tinggi, dimana suhu udara di daerah tersebut dingin. Pada musim semi dan panas, hanya bagian atas es atau salju yang mencair, sedangkan tanah dibawahnya masih beku. Air dari pencairan es ini tidak mengalir, membuat tanah menjadi jenuh. Kejenuhan tanah akan air membuatnya mudah bergerak, seperti halnya rayapan.
c.       Tipe Luncuran/ Slide
Secara umum luncuran merupakan gerakan massa batuan (perpindahan material muka bumi) yang menuruni lereng dengan kecepatan yang tinggi. Tipe luncuran dicirikan dengan adanya bidang geser yang jelas. Luncuran dapat dibedakan menjadi translational slides (jika memiliki bidang luncur yang lurus) dan rotational slides (jika memiliki bidang luncur yang melengkung)
d.      Tipe Heave
Tipe ini terjadi karena kembang kerut tanah atau material. Tanah yang mengembang akan bertambah volumenya tegak lurus dengan bidang lereng sehingga menyebabkan terdesaknya dan bergeraknya massa tanah ke arah lereng bawah. Heave dapat berupa rayapan tanah dan rayapan talus.
e.       Tipe Jatuhan
Gerakan pecahan batuan besar atau kecil yang terlepas dari batuan dasar dan jatuh bebas dinamakan jatuhan. Biasanya terjadi pada tebing-tebing yang terjal , dimana materialnya lepas dan tidak dapat tetap ditempatnya, dapat langsung jatuh atau membentur-bentur dinding tebing sebelum sampai dibawah tebing.
f.       Tipe Runtuhan/ Subsidence
Runtuhan adalah gerak massa batuan yang dipicu oleh adanya perpindahan material secara mendadak.
3.      Erosi
Erosi merupakan proses terlepasnya agregat material (tanah atau batuan lapuk) dan terpindahkannya material tersebut ke tempat lain. Erosi tidak mencakup proses pengendapan material hasil erosi. Macam-macam erosi antara lain :
a.       Erosi percik yaitu jenis erosi yang terjadi karena percikan air memindahkan butiran-butiran tanah yang terlepas akibat tetesan hujan.
b.      Erosi lembar yaitu jenis erosi yang terjadi akibat adanya penggerusan atau pengkikisan oleh lapisan air permukaan yang mengalir di seluruh permukaan tanah.
c.       Erosi alur yaitu erosi yang mengakibatkan adanya cekungan memanjang yang membentuk alur akibat adanya konsentrasi aliran air yang memiliki tenaga yang besar.
d.      Erosi parit yaitu erosi yang menyebabkan terbentuknya parit yang dalam akibat tenaga yang besar baik secara vertikal maupun lateral.
e.       Erosi ke belakang (backward erosion) yaitu erosi yang terjadi pada ujung/hulu alur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi, antara lain
  1. Erosivitas tanah yaitu kemampuan hujan dalam mengerosi tanah.
  2. Erodibilitas tanah yaitu kepekaan tanah terhadap erosi.
  3. Topografi
Keberadaan vegetasi penutup yang dapat mengurangi erosi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mohon kritik dan saran yang membangun